Minggu, 25 Januari 2009

PROBLEM SEKULARISASI DAN ISLAMISASI PENGETAHUAN DITINJAU DARI EPISTIMOLOGI

Khairul Anam HS
(Tulisan ini telah dipresentasikan di mata kuliah Filsafat Ilmu Pasca S2 UIN Alauddin Makassar)
I. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai macam dampaknya terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya, disatu sisi dia mampu membantu dan meringankan beban manusia, namun di sisi lain dia juga mempunyai andil dalam menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, bahkan eksistensi itu sendiri. Ilmu barat yang bercorak sekuler dibangun di atas filsafat materialistisme, naturalisme dan eksistensialisme melahirkan ilmu pengetahuan yang jauh dari nilai-nilai spritua, moral dan etika. Oleh karena itu Islamisasi ilmu pengetahuan dalam pandangan para pemikir Islam merupakan suatu hal yang mesti dan harus dirumuskan.
Dari uraian singkat di atas penulis akan membahas hal sebagai berikut :
1. Arti sekularisasi dan Islamisasi ilmu pengetahuan serta yang melatar belakangi munculnya.
2. Sekularisasi dan Islamisasi ilmu pengethuan ditinjau dari epstimologinya.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Sekularisasi
Istilah Sekularisasi berkakar dari kata Sekuler yang berasal dari bahas latin Seaculum artinya abad ( age, century ), yang mengandung arti bersifat dunia, atau berkenaan dengan kehidupan dunia sekarang. Dalam bahasa Inggris kata secular berarti hal yang bersifat duniawi, fana, temporal, tidak bersifat spritual, abadi dan sakral serta kehidupan di luar biara.[1]
Yusuf Qardhawi dalam bukunya, at-Tatharufu al-’ilmani fi Mujaahwati al-Islam, sekular ialah la Diniyyah atau Dunnaawiyah yang yang bermakna sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan agama atau semata dunia.[2] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sekularisasi diartikan segala hal-hal yang membawa ke arah kehidupan yang iak didasarkan pada ajaran agama.[3]
Makna Sekularisasi itu sendiri, menurut Norcholis Madjid mengartikannya sebagai proses penduniawiyaan atau proses melepaskan hidup duniawi dari kontrol agama.[4] Adapula yang mendefinisikannya sebagai suatu proses yang terjadi dalam segala sektor kehidupan masayarakat dan kebudayaan yang lepas dari dominasi lembaga-lembaga an simbol-simbol keagamaan.[5]
Dari berbagai di atas menunjukkan bahwa makna Sekularisasi Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pelepasan/pembebasan ilmu dari setiap pengeruh agama sebagai landasan berpikir.
2. Islamisasi
Islamisasi, ditinjau dari katanya bersalal dari akar kata Islam. Secara etimologi berarti tunduk/pasrah dan patuh. Sedang terminologi adalah agama yang menganjurkan sikap pasrah kepada Tuhan yang dalam bentuk yang diajarkan melalui Rasulullah SAW. yang berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Islamisasi sendiri bermakna pengislaman.[6]
Farid Alatas membahasakan Islmisasi Ilmu Pengetahuan adalah suatu ilmu yang merujuk pada upaya mengelimir unsur-unsur atau konsep-konsep pokok yang membentuk peradaban dan kebudayaan barat, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial, yang termasuk dalam unsur-unsur atau konsep humanisme, drama serta strategi dalam kehidupan rohani yang meyebabkan ilmu yang sepenuhnya benar menurut ajaran Islam tersebar ke seluruh dunia, setelah melewati proses di atas ke dalam ilmu tersebut dinamakanlah unsur-unsur dan konsep-konsep pokok keislaman. [7]
Islamisasi pengetahuan yang mengandung ilmu benar jika ilmu itu sesuai dengan fitrah yang mempunyai unsur-unsur pokok keIslaman seperti insan, din, ilm’ dan ma’rifah’ad, ’amal adab dan sebagainya. Jadi Islamisasi pengetahuan adalah pembebasan ilmu dari pemahaman yang berasaskan duniawi yang cenderung bebas nilai.[8]
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan adalah proses mendapatkan ilmu pengetahuan berdasarkan ajaran Islam.


3. Epistimologi
Episimologi berasal dari bahasa Yunani, episteme berarti pengetahuan dan logos berarti ilmu atau teori. Jadi Epistimologi ialah ilmu yang membahas bagaomana memperoleh ilmu pengetahuan baik secara teoritis (idea) maupaun praktis (indrawi).[9] Selain itu Epistimologi diartikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang filsafat atau teori ilmu pengetahuan dalam mengkaji asal usul filsafat atau benda, dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan istilah Theori of Knowledge.[10]

B. Sekularisasi Ilmu Pengetahuan
1. Latar Belakang lahirnya Sekularisasi
Sekularisasi berasal dari dunia barat kristiani, yang muncul dengan diserukan oleh para pemikir bebas agar mereka terlepas dari ikatan gereja, para pemuka agama dan pendetanya. Pada awalnya agama Kristiani lahir di dunia Timur, namun warna Kristiani amat tebal menyelimuti kehidupan dunia Barat. Keadaan ini sejak kekaisaran Romawi Konstantin yang agung (280-337) yang melegalisasikan dalam dalam wilayah imperiumnya serta mendorong penyebarannya merata ke benua Eropa, terutama di abad pertengahan warna Kristiani meyelimuti kehidupan Barat baik politik, ekonomi, sosial, budaya, serta ilmu pengetahuan.[11]
Gambaran gereja (baca : pemuka agama atau pendeta) pada saat itu datang dengan membawa pemikiran menentang akal dan rasio dengan mempertahankan kebekuannya melawan ilu dan kebebasan, tampil dengan menghadapi kemajuan. Sikap keras para aktifis gereja dalam menentang para ahli pikir (ilmuan) yang menorehkan hasil penelitian ilmiyah dan nalarnya karena dinilai bertentangan dengan ajaran-ajaran agama. Hingga gereja memusuhi orang-orang yang menyampaikan teori ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan ajarannya, seperti berpendapat bahwa bumi ini bulat dianggap sebuah kekafiran atau keluar dari agama. Kepicikan berpikir gereja terhadap orang-orang yang mengemukakan teori atau pandangan keilmuan yang bertentangan dengan ajarannya ternyata melahirkan bentuk kekejaman dengan menyiksa jenazah ilmuan dan membakarnya, yang hidup pun tidak kalah penyiksaan yang diterimanya. Sehingga para ahli pikir menuntut dipisahkannya urusan agama dari kehidupan sosial dan pemerintahan agar terindar dari beragamnya penyiksaan tersebut.[12]
Dengan terlepasnya dari para ahli pikir dari tirani gereja, melahirkan sekularisasi di Barat. Pertentangan ini pun berakhir dengan membagi ”hidup” menjadi dua bagian, sebagian diserahkan kepada agama sebagian lagi diserahkan ke pemerintah (penguasa). Sebagaimana ungkapan Isa al Masih dalam Injil : sebagian untuk Allah dan sebagian untuk kaisar. Artinya masing-masing memiliki tugas sendiri-sendiri. Bahwa Kaisar mengatur kehidupan dunia, masyarakat, pemerintahan. Sedangkan tugas Allah yang diwakili gereja berada pada bagian agama atau rohani, sehingga tidak ada intervensi antar keduanya. Meskipun demikian, ilmu pengetahuan dalam kitab tetap ditempatkan sebagai kebutuhan dalam kehidupan manusia. Sesuai dengan ajaran Kristiani yang mengatakan manusia itu sebagai gambaran dan rupa Tuhan sedangkan Tuhan sendiri merupakan sumber terang dan pengetahuan. Oleh karena itu Tuhan menghendaki supaya kenal padanya dan meyelidiki segala yang diciptaka-Nya, sehingga dapat memperoleh pengetahuan.[13]
Sekularisasi secara formal diperkenalkan oleh G.J Holyoake (1817 – 1906 M)[14] merupakan reaksinya terhadap tindakan gereja-gereja yang bersifat otoriter terhadap sains. Sedangkan Galeleo (lahir 1564 M) dipandang sebagai pahlawan sekularisai ilmu penetahuan. Wujud orientasi aliran ini adalah pembebasan berpikir di luar ajaran agama, sehingga mereka mengambil kesimpulan bahwa ilmuan bebas berfikir sesuai dengan profesinya dan bagi agamawan yang tidak respon diberikan kebebasan mengatur urusan akhirat.[15]

2. Pokok-Pokok Ajaran Sekularisasi
Suatu faham atau aliran terdapat ajaran pokok sebagai landasan dalam berfikir termasuk sekularisasi, atau sebagai acuan dalam melindungi pemahaman suatu tema yang distatemenka. Adapun ajaran-ajaran pokok sekularisasi ilmu pengetahuan yaitu :[16]
a. Prinsip-prinsip esensial dalam mencari kemajuan dengan alat material semata-mata.
b. Etika dan moralitas didasarkan pada kebenaran ilmiah tanpa ada ikatan agama dan metafisika, segalanya ditentukan oleh kriteria ilmiah yang dapat dipercaya dan yang bersifat vaiditas.
c. Masih mengakui agama pada batas tertentu dengan ketentuan agama tidak boleh mengatur urusan dunia melainkan hanya mengatur tentang akhirat belaka.
d. Menekankan perlunya toleransi semua golongan masyarakat tanpa mengenal perbedaan agama.
e. Menjunjung tinggi penggunaan rasio dan kecerdasan.
Prinsip rasio dan kecerdasan yang sangat dijunjung tinggi oleh penganut sekularis, karena ilmu pengetahuan bisa berkembang dengan akal pikiran dan penalaran yang tinggi. Dan rasiolah yang melahirkan kebahagian menuju kemajuan, sedangkan agama tidak mampu menjelaskan secara rasio terhadap ilmu pengetahuan karena ia adalah keyakinan.[17]

3. Sekularisasi Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Epistimologi
Secara formal epistimologi sekularisasi ilmu pengetahuan berbentuk rasionalisme dan empirisme. Dimana memandang ilmu pengetahuan berdasarkan pengamatan empiris dan menelaah secara rasio bukan keyakinan “iman” sebagai penilai.
Sesuai dengan epistimologi sekularisme yakni rasionalisme dan empirisme, membuat sekularisasi harus mempertahankan keobjektifan tujuannya dengan mentaati aturannya sendiri dengan menghindarkan ilmu pengetahuan selalu terkait dengan agama, pandangan hidup, tradisi dan semua yang bersifat normatif guna menjaga realitas ilmu pengetahuan sebagai suatu yang indefendent dan objektif. Rasio pun dianggap sebagai alat pengetahuan yang objektif dapat melihat realitas konstan, yang tidak pernah berubah-ubah dan dengan empiris memandang ilmu pengetahuan yang absah harus melalui pengalaman.
Dengan rasio dan empirismenya, sekularisasi ilmu pengetahuan secara ilmiah memandang alam ini tidak mempunyai tujuan dan maksud, karena alam adalah benda mati yang netral dan tujuannya sangat ditentukan oleh manusia sendiri. Sehingga manusia dengan segala daya dan upayanya yang dimilikinya mengeksploitasi alam untuk kepentingan manusia semata.[18]
Oleh kerena itu terdapat konsestensi antara sekularisasi dan rasionalisme dan empirisme, sebab inti sekularisasi adalah pemahaman masalah duniai dengan mengarahkan kecerdasan rasio.
Konsekwensi epistimologi sekuler dari segi aksiologi menyebabkan ilmu itu bebas nilai, karena nilai hanya diberikan oleh manusia pemakainya. Jadi pada akhirnya dapat dikatakan bahwa sekularisasi ilmu pengetahuan kehilangan objektifitasnya.
Nourcholis Majid yang dikenal tokoh sekuler Indonesia, membahasakan bahwa ilmu pengetahuan itu, baik buruknya suatu ilmu pengetahuan tergantung oleh manusia yang memakainya. Pendangan selanjutnya bahwa sekularisasi itu pun perlu dengan konsep duniakan yang bersifat dunia dan akhiratkan yang akhirat.[19]

C. Islamisasi Ilmu Pengetahuan
1. Latar Belakang Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Sejak dekade 70-an, diskusi Islamisasi mulai mengemuka, marak dipublikasikan suatu hal yang ”newview” dikalangan ilmuan. Ketika suatu kondisi ilmu pengetahuan barat berkuasa terhadap dunia manusia yang bermauatan tanpa nilai (bebas nilai), lebih cenderung ke hal yang material saja. Hal tersebut merangsang para pemikir dikalangan ummat Islam bahwa ilmu pengetahuan buatan manusia tidak boleh bebas terpakai dan menguasai, dalam arti harus bernilai produk tuhan bukan produk nilai manusia karena ada tujuan terakhir setelah singgah di pelabuhan dunia yakni kampung abadi, akhirat.
Oleh karena itu, lahirlah Islamisasi ilmu pengetahuan dari sebuah korelasi terhadap ilmu-ilmu modern (baca : barat) yang cenderung menidurkan ilmu pengetahuan yang bebas nilai yang terlapas dari tuntutan wahyu. Dengan kata lain bahwa ilmu pengetahuan sudah sangat sekular pada akhirnya mengantarkan manusia pada kehidupan hampa spritualitas. Walaupaun pada dasarnya kita ketahui dalam sejarah bahwa Islam pada masa lampau sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan, akan tetapi karena “penyelewengan pihak Barbar” menengelamkan “gemilangnya” ilmu pengetahuan Islam.[20]
Dalam kalangan Islam muncullah seperti Ismail al-faruqy, Syech Muhammad Naquib al-Attas, saruddin Sardas sebagai tokoh-tokoh atau penggagas Islamisasi llmu Pengetahuan. Lahirnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini didasarkan terhadap pada pandangan bahwa manusia ilmu pengetahuan produk modern dewasa ini tidak berhasil mengantar manusia pada cita-cita ilmu itu sendiri. Hal itu disebabkan karena ilmu dilepaskan dari akar ilahy dan dikosongkan dari pertimbangan nilai.[21]

2. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Epistimilogi
Pada dasarnya ilmu pengetahuan sudah ada sejak manusia (Adam) diciptakan, bahkan ilmu pengetahuan sudah melekat dalam diri manusia, hal ini disyaratkan oleh al-Qur’an dimana Allah SWT. yang langsung mengajarkan kepada Adam nama-nama benda yang sudah diciptakan sebelumnya. Dan nama benda tersebut mengandung arti sebagai unsur-unsur pengertian, baik yang ada di dunia maupun di akhirat. Kemudian pengetahuan itu pula yang memberikan Adam tempat yang mulia diantara makhluk-makhluk yang ada, termasuk malaikat yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk sujud sebagai penghormatan kepada Adam. Rasa hormat yang diberikan kepada Adam itu merupakan simbol pengakuan manusia atas keunggulannya. Keunggulan itu disebabkan oleh pengetahuan atas nama-nama benda yang diajarkan oleh Allah SWT kepadanya dan bukan karena keshalehannya, karena sudah pasti dalam keshalehan, para malaikat lebih unggul dari Adam. Selain pengetahuan sebagai alasan bentuk perhormatan kepada Adam, proses penciptaannya pun merupakan sebaik-baiknya, yang membuat kemuliaan tersendiri manusia.[22]
Dengan pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT ke Adam, maka perbincaan tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini menambah semangat untuk membangkitkan kembali kemesraan terhadap hubungan harmonis antara agama dan ilmu pengetahuan. Meskipun Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri tidak pernah dikenal dalam pemikiran Islam, kerena ketika manusia lahir di rahim Islam maka seyogyanya harus berkepribadian Islam dari segala corak.
Islamisi Ilmu Pengetahuan memandang bahwa dalam realitas alam semesta, realitas sosial dan historis ada hukum-hukum yang mengatur dan hukum itu adalah ilmu pengetahuan Allah. Pandangan adanya hukum alam tersebut sama dengan sekuler, tetapi dalam pandangan Islam hukum tersebut adalah ilmu pengetahuan Allah. Sebagaimana ilmu pengetahuan Allah, maka realitas alam semesta tidak netral tetapi mempunyai maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan itu sesuai dengan maksud dan tujuan tuhan menciptakan ilmu pengetahuan.[23]
Dalam Islam, ilmu pengetahuan terjadi karena pengkristalan pengalaman dan pengetahuan sendiri, maupun informasi dari orang lain, yang dapat diungkapkan dengan kenyataan secara objektif ataupun subjektif. Ilmu barat dibentuk atas dasar fakta empiris atau indrawi saja, tanpa menghiraukan sumbernya, yakni Allah, yang telah memberikan esensi berbagai ilmu.[24] Jadi, epistimologi Islamisasi Ilmu Pengetahuan melalui Tuhan wahyu ilahy), akal, pengalaman, maupun intuiasi, selain itu alam semesta dengan dengan mengkaji al-Qur’an yang tersurat dan tersirat.[25]
Hamid Fahmy Zarkazi, dalam wordlview sebagai asas Epistimologi Islam mengatakan bahwa sebenarnya cara bagaimana seorang individu dalam proses mendapatkan ilmu cukup beragam sesuai dengan worldview yang dimiliki yang terbentuk dengan akumulasi pengetahuan dalam pikirannya baik secara apriori maupun aposteriori. Dalam Islam worldview-nya wahyu ilahy yang terbentuk dari metaphysical belief.[26] Dan sebagaimana pula yang dibahasakan oleh O. Hasem dalam keesaan Tuhan, sebuah pembahasan ilmiyah : sicience without religion is lame, religion without scince is blind.[27]
Namun Epistemologi islamisasi Ilmu Pengetahuan, menurut Fazlur Rahman secara orisinil sangat sulit dicapai., sehingga dia lebih cenderung membahasakan Islamisasi dari daratan aksiologi (wilayah etika) bukan pada ontologi maupun epistimologi.[28] Sebagaimana pula Zainuddin Sardan bahwa intelektual Islam masa lampau tidak seorang pun yang mengajukan pertanyaan fundametal seperti dari mana dan bagaimana, barasal dan apa bentuk epstemologi Islam itu.[29]




III. KESIMPULAN

1. Sekularisasi dan Islamisasi ilmu pengetahuan ditinjau dari epitemologi adalah adanya suatu proses mendapatkan ilmu pengetahuan dengan melepaskan dogma agama di satu sisi dan si sisi lain sebaliknya yakni proses mendapatkan ilmu pengetahuan dengan landasan ajara-ajaran Islam.
2. Sekularisasi lahir dari pemberontakan ahli pikir terhadap peraturan gereja yang sifatnya dogmatis, sedangkan Islamisasi Ilmu Pengetahuan lahir dari lepasnya ilmu dari akar ilahy dan dikosongkan dari pertimbangan nilai.
3. Dari segi epitemologi sekularisasi berada pada tataran rasionalisme dan empirisme, sedangkan Islamisasi adalah wahyu ilahy.



DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Farid, Agama dan Ilmu-Ilmu sosial, dalam jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulmul Qur’an, No. 2 Vol V, 1994

Hasem, O, Keesaan Tuhan, Sebuah Pembahasan Ilmiyah, Cet. III; Bandung : Pustaka Salman ITB, 1983

Ishak, Baego, Perkembangan Sumber Daya Manusia Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam warta IAIN Alauddin : Mengembangkan Wawasan Ilmiah dan Keagamaan, Makassar : IAIN Alauddin, 1993

Jihad, Saiful, Islam dan paradigma Islam : Suatu Kajian Aksiologi, Pare-Pare : tp, 2001

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Supermini, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2002

Mahmud, Natsir, Epistimologi dan Study Kontemporer, Makassar : tp, 2000

Majid, Nurcholis, Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan, Cet. XI; Bandung : Mizan 1998

Nasotion, Harun, Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran, Cet V; Bandung : Mizan, 1998

Nihaya, Filafat Umum : Dari Yunani Kuno Sampai Modern, Makassar: Berkah Utami, 1999

Praja, Juhaya S, Filsafat Ilmu, Jakarta : Teraju 2002

-------------------, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Cet. I ; Bogor : Kencana, 2003

Qardhawi, Yusuf, at-Tatharufu al-‘Ilmani fi Mujahawati al-Islam, diterjemahkan oleh Nabhani Idris dengan judul Sekuler Ekstrim, Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2000

Saifuddin, Ahmad M, Desekularisasi Pemikiran : Landasan Islamisasi : Cet. IV; Bandung: Mizan, 1998

Sudarsono, Ilmu Filsafat : Sebuah Penganta, Cet. II; Jakarta : PT. Benika Cipta, 2001
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. II; Jakarta : Balai Pusat, 2002

Vagleria, Laura Veccia, Apologia Dell Islamismo, diterjemahkan oleh Ahmady Daudy dengan judul Apologia Islam , Jakarta : Bulan Bintang, 1983

Zain, Muhammad, Proyek Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syech Muhammad Naquib al-Attas : Yogyakarta : LESISKA, 2001

Zarkazy , Hamid, Fahmy, Wordlview Sebagai Asas Epistimologi Islam, Dalam Islamiah, Tahun II, No. 5, 2005


[1] Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, (Cet. I; Bogor : Kencana, 2003), h. 188. lihat pula Harun Nasotion, Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran, (Cet. V; bandung : Mizan, 1998), h. 188
[2] Yusup Qardhawi, at-Tathahurufu al-‘Ilman fi Mujaahawati, diterjemahkan oleh Nahbani Idris dengan judul Sekuler Ekstrim, (Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2000, h. 1
[3] Tim Penyusun Kamus Pustaka Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, (Cet. II; Jakarta : balai Pustaka, 2002), h. 1015
[4] Harun Nasotion, loc. Cit.
[5] Juhaya S. Praja, loc. Cit
[6] Uraian lebih lengkap lihat Norcholis Majid, Islam, Kemodern, dan Keindonesiaan, (Cet. XI; Bandung : Mizan, 1998), h. 47
[7] Farid Alatas, Agama dn Ilmu-Ilmu Sosial, dalam jurnal ilmu dan Kebudayaan ulumul Qr’an, No. 2, Vol V, 1994, h. 41
[8]Ibid.

[9] Nihaya, Filsafat Umum : dari Yunani sampai Modern, (Makassar : Berkah Utami, 1999), h. 12
[10] Sudarsono, Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar, Cet. II; Jakarta : PT. Renika Ilmu Pengetahua, 2001), h. 137
[11] Nihaya, op. cit, h. 43
[12] Yusup Qardhawi, op. cit. h. 7
[13] Uraian selanjutnya lihat Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Supermini, (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2002, h. 1
[14] G. J. Holyoake (1817-1906 M). lahir di Birmingham Inggris, anak seorang pekerja keras. Pendidikannya berawal dari agama, namun kehidupan remajanya diliputi oleh situasi politik dan sosial ditempat kelahirannya yang keras, membentuk pribadi yang betsikap gerakan protes terhadap sosial dan politik.

[15] Norcholis Majid, op. cit, h. 78.
[16] Nihaya , op. cit, h. 136
[17] Lihat Natsir Mahmud, Epistimologi dan Study Kontemporer, (Makassar : tp, 2000), h. 1
[18] Natsir Mahmud, ibid.
[19] Bandingkan dengan Norcholis Majid, Islam Kemoderann , dan KeIndonesiaan, (Cet. XI; Bandung : Mizan, 1998, h. 222-223 dan harun Nasotion, Islam Rasional : Gagasan dan Pemikiran, (Cet. V; Bandung : Mizan, 1988 h. 188.

[20] Lihat Laura Veccia Vaglieri, Apologia Dell Islamismo diterjemahkan oleh Ahmad Daudy dengan judul Apologi Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), h. 80
[21] Muhammad Zain, Proyek Islamisasi Ilmu Pengetahuan Syech Muhammad Naquib al-Attas, (Yogyakarta : LESISKA, 2001), h. 1. perkembangan selanjutnya melahirkan pikiran-pikiran Islamisasi dari para pemikir-pemikir muslim dan lembaga-lembaga Isla sebagai literatur filsafat ilmu Islam dan Islamiasi pengetahuan. Lihat pula Juhaya S. Praja, Filsafat Ilmu, (Jakarta : Teraju, 202), h. 222-224

[22] Uraian lengkap lihat QS. Al-Baqarah (2 : 34)
[23] Uraian lengkap lihat Baego Ishak, Perkembangan Sumber Daya Manusia Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan, dalam warta IAIN Alauddin : Mengembangkan Wawasan Ilmiyah dan Keagamaan, (Makassar : IAIN Alauddin, 1993) h. 7-21
[24] Ahmad M. Saefuddin, Desekularisasi Pemikiran :Landasan Islamisasi, (cet. IV ; Bandung : Mizan, 1998) h. 33
[25] Saiful Jihad, Islam dan Paradigma Islam : Suatu Kajian Aksiologi, (Pare-Pare : tp, 2001), h. 3. lihat Hamid Fahmy Zarkazy, Wordlview Sebagai Asas Epistimologi Islam, No. 5 (Surabaya : Islamiah, 2005), h. 9.
[26] Ibid, h. 14
[27]Hasem, Keesaan Tuhan, Sebua Pembahasa Ilmiyah, (Cet. IIII; Bandung : Pustaka Salman ITB, 1983), h. 1
[28] Saiful Jihad, op. cit,. h. 9
[29] Ibid

Sabtu, 24 Januari 2009

INTERVENSI KEKUATAN MILITER AMERIKA DI ARAB (Arab dan Dominasi Amerika)


Percuma saja jika negara-negara Islam di Timur Tengah ingin bersatu padu menghalau dominasi Barat di tanah para Nabi tersebut. Dari segi ketahanan dan pertahanan nasional saja, rata-rata negara Timur Tengah yang bisa dikatakan paling maju pun tidak bisa melepaskan diri dari hegemoni Barat. Wajar jika Amerika terus menerus ikut campur dalam setiap konflik yang terjadi, bahkan tak jarang negeri adidaya itu sendiri yang menjadi sumber konflik.
Alasan keamanan dunia kerap dijadikan dalih oleh negara yang katanya “Polisi Dunia” itu, walaupun kenyataannya pola dan tatanan hidup masyarakat Timur Tengah tak lagi aman semenjak Amerika dan sekutunya Israel “mengusik” kawasan mereka. Hal ini dikarenakan pintu utama yang sangat krusial dan urgen bagi mereka, telah dibuka seluas-luasnya bagi Amerika serta sekutunya.
Lemahnya kekuatan militer suatu negara terhadap kekuatan asing, maka sangat mungkin berimplikasi terhadap kebijaksanaan politik, baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Adanya kepentingan kekuasaan yang nampak jelas dalam setiap langkah kepemerintahan, lebih banyak mendapat pengaruh dominasi dan sentimen keberpihakan dari pihak yang kuat. Jika hal ini sampai terjadi, eksistensi kedaulatan negara tersebut harus dipertanyakan kembali.

Posisi Muslim Arab
Wilayah Timur Tengah dimana mayoritas penduduknya beragama Islam, saat ini tengah berada di ujung tanduk. Identitas mereka sebagai seorang muslim sedikit demi sedikit tergerus. Isu global seperti separatis, teroris dan disparitas terhadap bentuk negara modern telah menorehkan noda hitam pada citra muslim Timur Tengah. Belum lagi infiltrasi budaya dan dogma universal mengenai pluralisme agama serta hak asasi manusia ikut memberikan stigma bahwasannya dunia Timur Tengah yang pernah menjadi kunci peradaban manusia di masa silam, tidak lebih dari sekedar kumpulan suku-suku primitif yang kebingungan dan silau dengan westernisasi.
Tawar menawar para pemimpin muslim terhadap kepentingan militer Amerika, terlihat begitu rapuh sekali, nampak dari banyaknya pangkalan angkatan bersenjata negeri Paman Sam itu yang bercokol di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim tersebut.

Saudi Arabia
Banyak pangkalan militer yang digunakan Amerika di tanah Saudi. Dammam, Jeddah, Lembah Eskan, King Khalid Military City, Dahran, Riyadh, Tabuk, Thaif, Jubail adalah nama-nama daerah yang digunakan sebagai pangkalan militer dan pangkalan pesawat tempur Amerika. 6.500 pasukan Amerika bermarkas di tempat ini. Sebanyak 150 pesawat American Fighter diparkir di sini dan jet tempur Inggris juga berada di sini dengan 300 pasukan mereka. Peralatan tempur pun bukan main-main yang telah disiapkan di daerah ini. Mulai dari tim suplai peralatan dan amunisi, sampai pesawat penjelajahan dengan kekuatan penghancur tinggi seperti Air Expeditionary wing.

Jordania
Negara yang satu ini telah menyerahkan sedikitnya enam lokasi untuk dijadikan pangkalan militer Amerika. Diantaranya Shaheed Muwaffaq Airport, Pangkalan udara Rasyid, Pangkalan udara Wadi, Murbah danAzzaraq. 4.500 pasukan Amerika disiagakan di negara ini. Jumlah pasukan di atas terbagi dari pasukan brigade bersenjata, infantri, dan pasukan terjun.

Turki
Pada awalnya parlemen Turki menolak penempatan 62.000 tentara Amerika di wilayahnya. Tapi pada akhirnya, pemerintah Abdullah Gul lebih membela hubungannya dengan Amerika sehingga dapat menggunakan bandara Internasional Turki, Incirlik Airport sebagai pangkalan udara mereka. Tak hanya itu, Diyarbakir Airport dan Erchac dijadikan pula pangkalan udara. Pasukan tempur telah siaga di daerah ini. 150 jet tempur terdiri dari F-15, F-16 dan pesawat pembom Prowler. Termasuk divisi khusus 39 Air Expeditionary.

Kuwait
Ahmed al-Jabar, Ali al-Saleem, Kuwait Internasional Airport adalah tiga tempat yang dijadikan pangkalan udara oleh Amerika di negeri ini. Amerika masih punya tujuh pangkalan militer darat yang tersebar di berbagai penjuru Kuwait. 20.000 pasukan tempur Amerika disiapkan di sini. 80 jet tempur termasuk F-15 dan F-16. Tank Abrams, 176 kendaraan tempur jenis Bradley, 75 helikopter dan masih banyak lagi. Tanah-tanah Kuwait juga digunakan untu menampung pasukan Inggris dan delapan pesawat pembom tornado milik mereka. Pasukan penyelamat, marinir, tim amunisi, dan bantuan udara, adalah jenis pasukan yang disiapkan di Kuwait.

Bahrain
Pangkalan udara dan militer Amerika Serikat dibangun di beberapa daerah Bahrain. Di Manama, Minam Salman, dan Shaikh Isa Airport serta beberapa daerah lagi. 6.400 pasukan ditempatkan di negeri Muslim ini. Bahrain juga menjadi salah satu pusat kendali dalam perang Irak. Kantor lima tingkat telah dibangun sebagai pusat komando. Jenis pasukan yang berada di sini pun sangat beragam, mulai dari regu penghancur, intelijen, dan juga marinir.

Qatar
Amerika sedikitnya punya satu pangkalan udara, lima markas tempur dan satu gudang pengisian bahan baker dan amunisi di Qatar. Ribuan pasukan bermarkas di sini. 1.000 komandan perencana serangan juga bermarkas di Qatar. 120 jet tempur termasuk F-15 dan F-16 ada di parkir di Qatar. 116 kendaraan perang jenis Bradley, 110 tank M1 Abrams dan 112 satuan amunisi telah disiapkan untuk menyuplai senjata di garis depan.

Emirat Arab
Al-Dafra, Fujairah, Mina Jabal Ali, Mina Zayid, dan Bandara Rasyid adalah nama-nama tempat markas dan pangkalan udara Amerika. Ada 500 pasukan di sini. Dua pesawat pengintai jenis U-2, 10 jet tempur dan squadron pengisian bahan baker. Batallion transportasi, pengisian bahan baker udara dan intelijen adalah konsentrasi terbesar pasukan Amerika di Emirat Arab.

Oman
Pasukan Amerika tersebar di beberapa daerah di Oman, antara lain di Pulau Masirah, Mina Qabus, Muscat, dan Bandara Seeb serta Bandara al-Musnama. Ribuan pasukan Amerika disiagakan di daerah ini. Delapan pesawat pembom berat jenis B-1, 30 jet tempur dan enam kapal perang.

Senin, 12 Januari 2009

JENIS - JENIS BOM ISRAEL (TAK SEKEDER MEMBUNUH)

Telah dijumpai banyak fakta bahwa di wilayah Gaza Israel telah melakukan semacam uji coba berbagai macam bom-bom terbaru buatan mereka.
Beberapa bom mutakhir Israel tersebut antara lain: Implosion bomb atau vacuum bomb yang dijatuhkan dari udara dan ketika meledak mampu menghisap satu blok bangunan sepuluh lantai ke dalam tanah hanya dalam beberapa detik, membuatnya menjadi tumpukan beton dan mengubur seluruh penghuninya hidup-hidup.
Selain itu ada lagi fragmentation bomb atau cluster bomb, yang juga dijatuhkan dari pesawat tempur. Beberapa puluh meter di atas udara, cluster bomb yang awalnya terlihat hanya satu akan memecah diri menjadi ratusan bola-bola besi kecil seukuran bola tenis dan menyebar dalam radius ratusan meter persegi. Bom-bom kecil ini tidak segera meledak dan tergeletak di dalam tanah. Jika seorang anak kecil mengutak-atiknya karena dikiranya sebuah mainan, maka bom ini akan meledak dan membunuh atau merusak bagian tubuh di anak tersebut. Bom ini biasanya sengaja dijatuhkan di lokasi padat penduduk.
Lalu ada fosfor bomb yang bersifat membakar. “Zat fosfornya menempel di kulit, paru-paru, dan usus para korban selama bertahun-tahun, terus membakar dan menghanguskan serta menyebabkan nyeri berkepanjangan. Para korban bom ini akan mengeluarkan gas fosfor hingga nafas terakhir, ” ujar Dokter Ang.Shee Caw, tenaga dokter sukarelawan dari Korea Selatan.
Dari hasil penelusuran bahwa Israel jelas tidak ingin sekadar membunuh musuh-musuhnya namun juga ingin membuat musuh-musuhnya menderita berkepanjangan sebelum menemui ajal.
Awasko Israel !!!

Musibah Gempa dan Takdir ?




Pasca terjadinya gempa bumi di Aceh, Jogjakarta, Bengkulu dan terakhir di Manokwari sekitarnya, keprihatinan begitu mendalam dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia. Semua orang ikut berduka dan membicarakan musibah ini. Yang sangat disayangkan, sebagian tokoh agama terkesan asal bicara dalam mengomentari kasus gempa bumi ini. Sebagian mereka menganggap terjadinya gempa bumi adalah bentuk perbuatan aktif Tuhan terhadap alam raya. Gempa bumi dianggap sebagai cobaan, ujian, bahkan lebih mengerikan: azab dari Tuhan. Pertanyaannya: mengapa Tuhan begitu tega menghacurkan alam ini?
Pertayaan di atas akan melahirkan jawaban teologis yang membingungkan, jika harus dijawab dengan paradigma teosentris, di mana Tuhan dapat melakukan apapun yang Ia kehendaki, kemudian manusia mencari seribu satu alasan untuk tetap mensucikan-Nya. Yang terjadi kemudian adalah ketidakmampuan kita mengidentifikasi gejala alam secara rasional. Kebodohan menyebar dan kepuasan awam menjadi tujuan.
Gempa bumi sejatinya adalah gejala alam yang bisa jadi dipengaruhi oleh sikap manusia dalam merpergauli alam ini. Ketidakramahan kita terhadap lingkungan, tentu akan merusak ekosistem yang membuatnya berjalan di luar garis-garis kebaikan. Gempa bumi harus dipahami sebagai rusaknya tatanan ekosistem yang merupakan akibat dari ulah tangan manusia: penebangan hutan secara liar, perang, pengeboran bumi dan seterusnya. Mereka yang menguasai ekologi, geologi dan fisika, tentu harus diberikan tempat untuk menjelaskan semua ini, bukan mereka yang hanya pandai menyitir ayat-ayat. Fas `alû ahla az-zikr `in kuntum lâ ta’lamûn (Tanyakan kepada ahlinya jika kalian tidak mengerti)!
Gempa bumi bukan akibat dosa manusia dalam pengertian yang sangat normatif. Gempa bumi adalah akibat dosa kita dalam memperlakukan alam raya ini. Alam raya ini diciptakan dengan berbagai takdir (aturan) yang ditakdirkan untuk tidak boleh dilanggar. Pelanggaran terhadap takdir alam raya akan mengakibatkan kerusakan bagi semua. Oleh karenanya, tobat yang harus dilakukan adalah: berhenti memperlakukan alam dengan cara yang eksploitatif. Perlakukan alam ini sebagai sahabat, maka ia akan memberikan kehangatan bagi kita semua.

Sabtu, 10 Januari 2009

SPESIFIKASI DAN KEUNIKAN BAHASA ARAB

KHAIRUL ANAM HS, S.Pd.I

A. Spesifikasi Bahasa Arab
Ketika bahasa Arab berkembang dan menyebar ke seluruh semenanjung Arab bahkan telah mencapai daerah Asia Tengah dan Eropa serta Afrika Utara, maka makin menyebar pula penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam waktu itu[1]. Dialek-dialek bahasa Arab pun semakin beragam karena luasnya wilayah kekuasaan Islam dan adanya persinggungan dengan bahasa setempat demikian juga bersinggungan dengan bahasa bangsa yang berdekatan dengan bangsa Arab[2].
Seperti dengan bahasa Eropa lain, banyak kata-kata Inggris diserap dari bahasa Arab, selalunya melalui bahasa Eropa lainnya, terutamanya Spanyol dan Italia, di kalangan mereka kosa kata setiap hari seperti "gula" (sukkar), "kapas" (qutn) atau "majalah" (makhzen). Kata paling dikenali seperti "algebra", "alkohol" dan "zenith"[3].
Pengaruh bahasa Arab telah menjadi paling berpengaruh pada negara yang dikuasai oleh Islam atau kuasa Islam. Bahasa Arab adalah sumber kosa kata utama untuk bahasa yang berbagai seperti bahasa Berber, Kurdi, Parsi, Swahili, Urdu, Hindi, Turki, Melayu, dan Indonesia, baik juga seperti bahasa lain di negara di mana bahasa ini adalah dituturkan[4]. Contohnya perkataan Arab untuk buku /kita:b/ digunakan dalam semua bahasa yang disenaraikan, selain dari Melayu dan Indonesia (dimana ia spesifiknya bermaksud "buku agama").
Bahasa Arab seperti bahasa apapun lainnya dapat dibedakan menjadi beberapa kategori. Menurut Thu’aimah, secara horisontal, bahasa Arab dibagi menjadi tiga, yakni :
1. Bahasa Arab Klasik
Bahasa Arab klasik dikenal dengan bahasa Al-Qur’an dan bahasa kitab-kirab klasik. Varietas ini sama dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat di zaman Rasulullah[5].
Bahasa Arab klasik telah dipergunakan di jazirah Arabia untuk kurun waktu sedikitnya 2000 tahun. Bahasa Arab Klasik adalah bahasa formal yang dipergunakan di kawasan Hejaz sekitar 1500 tahun yang lalu. Catatan tertulis yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Arab klasik sampai saat ini masih terdapat, termasuk di dalamnya syair-syair Arab yang amat terkenal pada masa pra islam (600 AD). Al-Quran pun diturunkan dalam bahasa Arab klasik tersebut, hal yang menjadi alasan utama mengapa bahasa ini dapat menjaga keasliannya sepanjang abad .Bangsa Arab menyadari betul bahwa bahasa Arab klasik ini merupakan bagian penting dari kebudayaan mereka. Sepanjang sejarah Islam bahasa Arab Klasik ini merupakan bahasa resmi negara, yang dipergunakan di dunia peradilan tinggi, birokrasi dan pendidikan. Kesusasteraan Arab pun tertuang sebagian besar dalam bahasa Arab klasik (fasih). Dan penguasaan bahasa Arab klasik dan penyampainnya dalam bentuk tulisan dan percakapan akan selalu mengundang penghormatan dan rasa kagum[6].
Bahasa Arab klasik mana telah bertahan untuk kurun waktu lebih dari 1400 tahun, dan menyebar diseluruh kawasan, begitu juga di pergunakan oleh bangsa bangsa yang berbeda .Apakah gerangan yang menjadi soko guru yang menjaga keaslian bahasa ini dari bahasa bahasa lain?. Berikut beberapa alasan bahasa Arab mampu menjaga eksistensinya[7] :
a). Keberadaan Kitab suci Al-quran sebagai model tertulis daripada klasik Arabic. Dimana Al-Quran selalu di baca, di perdengarkan, dianalisa dan dipelajari setiap saat oleh ummat islam diseluruh dunia sepanjang abad
b). Kekokohan daripada kaidah kaidah bahasa yang ada dalam klasik Arabic, disamping selalu adanya usaha usaha untuk mempelajari dan menguasai dengan baik kaidah kaidah tersebut, merupakan salah satu faktor daripada kelestarian bahasa Arab klasik tersebut sampai saat ini

2. Bahasa Arab Standard Modern (MSA)
Bahasa Arab Standard Modern (MSA), sebagaimana namanya menunjukkan, bahasa ini merupakan counterpart yang setara dengan bahasa klasik Arab tersebut diatas, dan merupakan bahasa resmi dari 22 negara Arab, baik untuk percakapan maupun tulisan. Perbedaan yang utama antara MSA dan Klasikal Arab hanya terletak pada perkembangan perbendaharaan kata, dimana dalam bahas Arab modern perbendaharaan kata mengiringi perkembangan jaman, sedang pada klasik Arab mengacu pada adat kebiasaan lama. Setiap orang Arab yang melakukan komunikasi dengan orang Arab dari daerah lain selalu menggunakan bahasa ini. Orang-orang terpelajar pun selalu lebih banyak memakainya[8].
Bahasa Arab Standard Modern yang sangat luas digunakan ini mencakup istilah berbagai variasi bahasa Arab, baik berbentuk ucapan maupun tulisan seperti dalam dunia pendidikan, media massa (termasuk surat kabar, radio, televisi dan internet), kuliah umum, pengumuman dan periklanan. Jadi bahasa Arab standar moderen adalah bahasa Arab klasik yang dibumbui dengan elemen-elemen modern[9].
Bahasa Arab modern (MSA) , telah mendapatkan status yang amat tinggi bagi bangsa Arab, karena bahasa ini sangat mirip dengan bahasa Arab klasik tersebut diatas. Dan oleh sebab itu penggunaan bahasa ini merupakan ciri ketinggian budaya dan pendidikan. Kemahiran bertutur kata dalam bahasa Arab modern (MSA) ini merupakan ciri kecendekiawanan seseorang. dan yang terpenting adalah bahwa bahasa Arab modern ini telah menjadi satu satunya alat pemersatu bangsa bangsa Arab di dunia Arab[10].

3. Bahasa Arab Dialek (Ammiyah)
Varietas bahasa Arab ini adalah bahasa dialek daerah setempat. Bahasa inilah yang diperoleh setiap dalam komunitas Arab sejak masa kana-kanak, dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh setiap orang, baik terpelajar maupun yang buta huruf[11].
Bahasa Arab Dialek atau "Al-'Arabiyyah Al-'Ammiyah" adalah bahasa Arab yang dipakai dalam percakapan sehari-hari di dunia Arab, dan amat berbeda dengan Bahasa Arab tulisan. Perbedaan dialek paling utama ialah antara Afrika Utara (Magribi) dan bagian Timur Tengah (Hijaz). Faktor yang menyebabkan perbedaan dialek bahasa Arab ialah pengaruh substrat (bahasa yang digunakan sebelum bahasa Arab datang). Seperti misalnya pada kata yakūn (artinya "itu"), di Irak disebut aku, di Palestina fih, dan di Magribi disebut kayən[12].
Daftar dialek utama di Arab adalah sebagai berikut:
Dialek Mesir مصري : Dipakai oleh sekitar 76 juta rakyat Mesir.
Dialek Maghribi مغربي : Dipakai oleh sekitar 20 juta rakyat Afrika Utara.
Dialek Levantine : Disebut juga Dialek Syam. Dipakai di Syria, Palestina, Lebanon dan Gereja Maronit Siprus.
Dialek Iraq عراقي : Mempunyai perbedaan khusus, yaitu perbedaan dialek di utara dan selatan Iraq
Dialek Arab Timur بحريني : Dipakai di Oman, di Arab Saudi dan di Irak bagian Barat.
Dialek Teluk خليجي : Dipakai di daerah Teluk, yaitu di Qatar, Unu Emirat Arab dan Saudi Arabia.
Sementara beberapa dialek lainnya adalah:
Hassānīya حساني : Dipakai di Mauritania dan Sahara Barat
Dialek Sudan سوداني : Dipakai di Sudan dan Chad
Dialek Hijazi حجازي : Dipakai di daerah barat dan utara Arab Saudi dan timur Yordania
Dialek Najd نجدي : Dipakai di Najd, Arab Saudi
Dialek Yamani يمني : Dipakai di Yaman
Dialek Andalus أندلسي : Dipakai di Andalus sampai abad ke-17
Dialek Sisilia سقلي : Dipakai di Sisilia
Di samping perbedaan antara satu dialek dengan yang lainnya juga dikenal perbedaan istilah atau juga berbeda dalam memilih kata-kata untuk satu hal yang sama. Di bawah ini akan diperhatikan beberapa contoh perbedaan dialek antara penduduk negeri Arab yang berbeda maupun antara daerah yang satu dengan yang lainnya dalam satu negeri[13].

a. Kata burung dalam :
Bahasa Arab Klasik
Thaair
طائر
Bahasa Arab Standar Modern
Thaair
طائر
Dialek Mekkah
Theer
طير


b. Kata hujan dalam :
Bahasa Arab Klasik
Mathar
مطر
Bahasa Arab Standar Modern
Mathar
مطر
Dialek Mekkah
Mathar
مطر
Dialek Bagdad
Muthar
مَطر


c. Kata air dalam :
Bahasa Arab Klasik
Maa'
ماء
Bahasa Arab Standar Modern
Maa'
ماء
Dialek Mekkah
Mooya
مويا
Dialek Baghdad
Maay
ماي

Lain halnya dengan Wajiz Anwar dalam artikelnya Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia, membagi bahasa Arab juga dengan empat jenis, yakni[14] :
1) . Bahasa Arab Purba (kuno), yaitu bahasa Arab Pra-Islam yang digunakan sebagai bahasa Al-Qur’an
2) Bahasa Arab Islam, yaitu bahasa Arab yang digunakan ummat Islam dari berbagai bangsa semasa kejayaan Islam yang tehimpun dalam berbagai karya sastra dan ilmu pengetahuan, termasuk kitab-kitab keagamaan.
3) Bahasa Arab ‘Ammiyah, yaitu bahasa yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari rakyat Arab masa kini; dan
4) Bahasa Arab Baru, yaitu bahasa Arab yang dipakai dalam surat menyurat, koran, majalah buku dan dalam pertemuan-pertemuan ilmiyah dan politik regional (Arab) dan Internasional.

B. KEUNIKAN DAN KEISTIMEWAAN BAHASA ARAB
Bahasa Arab adalah bahasa yang masyhur dengan keunikannya, ungkapan ayat yang mudah difahami dan mempunyai kaedah yang tepat dalam sebarang permasalahan bahasa. Sistem fonologi, sintaksis, morfologi dan lain-lain yang berkaitan dengan sistem bahasa dalam bahasa Arab mempunyai keistimewaan yang tidak terdapat dalam bahasa-bahasa lain. Antara lain keistimewaan tersebut ialah[15]:

1. Bahasa Arab Adalah Bahasa yang Kaya Dengan Kosa Kata
Kosa kata dalam bahasa Arab merangkumi semua bidang dan lapangan. Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada perkataan-perkataan yang disenaraikan dalam kamus kamus Arab. Dalam bahasa Arab, pembentukan satu perkataan saja boleh menunjukkan kepada beberapa makna. Contohnya perkataan ‘ain yang memberi makna kepada mata penglihatan, mata air, sebuah negeri, sebuah tempat, ketua kaum, ketua tentara, bermakna diri, bayaran sekaligus secara tunai, sejenis mata uang, pengintip dan huruf ‘ain. Bahkan terdapat perkataan-perkataan yang digunakan lebih daripada satu atau dua perkataan untuk menggambarkan kepada satu makna atau makna yang hampir. Istilah-istilah yang merujuk kepada makna unta, kuda, kurma, pedang, kambing, biri-biri, kibas dan lain-lain diungkapkan dengan beberapa perkataan yang memberi makna hampir sama[16]. Contohnya, perkataan-perkataan yang hanya menunjukkan kepada makna kepelbagaian kategori kuda diungkapkan dengan beberapa perkataan seperti berikut[17]:
Perkataan Makna
Khail (خيل ) sekumpulan kuda
Faras (فرس ) seekor kuda (jantan atau betina)
Hison (حصان ) kuda jantan
Hajr ( حجر) kuda betina
Mahr ( مهر) anak kuda jantan
Mahrah ( مهرة) anak kuda betina
Filw ( فلو) anak kuda jantan yang baru lepas daripada menyusu ibu
Haikal (هيكل) kuda yang besar dan bertubuh tegap
Matham (مطهم) kuda yang sempurna dan baik

2. Bahasa Arab Mempunyai Kaedah Analisis Struktur Ayat (i’rab) yang Sempurna
Analisis ini digambarkan dalam bentuk perubahan baris-baris akhir perkataan hasil daripada perubahan struktur frasa atau fungsi perkataan itu sendiri. Perubahan perubahan i’rab ini akan memberikan kesan kepada perubahan maksud perkataan dalam sesuatu susunan ayat. Analisis bahasa dan perubahan struktur frasa ini tidak terdapat dalam mana-mana bahasa di dunia[18]. Contohnya perkataan “Muhammad” seperti dalam struktur frasa tertentu boleh dibaca dengan Muhammadun, Muhammadan dan Muhammadin kerana berada dalam struktur dan pola ayat yang berbeda kedudukannya seperti dalam ayat ini:

جاء مهمدٌ : Muhammad telah datang
رأيت محمداً : Saya melihat Muhammad
مررت بمحمدٍ: Saya melalui Muhammad

Perkataan Muhammad dalam struktur frasa pertama dibaca Muhammadun dengan berbaris hadapan apabila perkataan ini berada dalam pola ayat nominatif (marfu’). Dalam struktur frasa kedua pula perkataan ini dibaca Muhammadan apabila berada dalam struktur frasa akusatif (mansub) dan dalam struktur frasa ketiga dibaca Muhammadin apabila berada dalam pola ayat genitif (majrur)[19]. Begitu juga dengan penggunaan kata nama yang berlainan jender seperti kata nama maskulin (muzakkar) dan feminin (muannath) serta penggunaan kata nama tunggal (mufrad), duaan (muthanna) dan ramai (jam’) dalam sesuatu struktur frasa boleh membawa kepada perubahan tanda bacaan, pembentukan kata dan sistem i’rabnya. Contohnya seperti dalam ayat ini:

التلميذ يذهب إلى المدرسة - Pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذة تذهب إلى المدرسةِ – Pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
التلميذان يذهبان إلى المدرسةِ – Dua orang pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذتان تذهبان إلى المدرسةِ – Dua orang pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
التلاميذ يذهبون إلى المدرسةِ – Pelajar-pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذات يذهبن إلى المدرسةِ – Pelajar-pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah

Kalau diperhatikan kepada enam struktur frasa di atas, artinya adalah sama yaitu membawa maksud “pelajar itu pergi ke sekolah”. Cuma disebabkan bilangan pelajar dan jenis yang berbeda antara struktur frasa tersebut menyebabkan berlaku beberapa perubahan dari sudut pembentukan kata, baris, tanda i’rab pada perkataan “pelajar” (mengikut bilangan dan jenis) dan kata kerja “pergi” sebagaimana dalam struktur frasa tersebut. Sedangkan dalam bahasa Melayu dan beberapa bahasa lain, kedua perkataan itu tidak mengalami apa-apa perubahan. Sementara kata kerja yang digunakan juga akan mengalami perubahan sekiranya berlaku perbedaan masa kala lampau (madhi), kala kini atau kala depan (mudhari’) dan imperatif (amr) dalam mana-mana struktur frasa. Contohnya seperti perkataan zahaba ذهب yang berarti “pergi” dalam situasi tersebut berbeda pembentukan kata, baris dan struktur i'rabnya antara satu dengan yang lain. Contohnya seperti berikut :

ذهب الولدُ إلى المدرسةِ - Budak itu (telah) pergi ke sekolah
يذهب الولد إلى المدرسة - Budak itu (sedang) pergi ke sekolah
إذهب إلى الدرسة - Pergi (lah kamu) ke sekolah.

3. Bahasa Arab Mempunyai Sistem Morfologi yang Unik
Bentuk-bentuk perkataan Arab sama ada dalam kata nama atau kata kerja akan berubah berdasarkan kepada satu sistem yang lengkap mengikut keadaan struktur frasa. Perubahan bentuk ini akan membawa kepada perubahan dari segi makna perkataan tersebut. Contohnya perkataan Arab mengandung perubahan atau isytiqaq yaitu perpecahan dan pembentukan perkataan pecahan atau sampingan dari satu kata dasar. Kata dasar kataba كتب boleh dipecahkan kepada beberapa variasi perkataan lain seperti katibun, maktuban, kitabatan, maktabatun[20]:
كاتب – مكتوب – كتاب - مكتب
dan lain-lain. Sistem ini telah digunakan oleh kebanyakan kamus Arab dalam pencarian makna perkataan yang mana setiap perkataan perlu dirujuk kepada asalnya terlebih dahulu sebelum dapat mencari perkataan dan makna yang dikehendaki. Dengan itu kebanyakan daripada kata nama atau kata kerja akan disusuli dengan imbuhan-imbuhan tertentu seperti ada imbuhan satu huruf, dua huruf atau tiga huruf (mazid biharf, biharfaini atau bi tsalathati ahruf) yang akan memberikan perubahan pada makna perkataan. Contohnya imbuhan alif, ta’ dan sin pada perkataan asal ghafara غفرbermakna ampun akan menjadi istaghfara إستغفر(penambahan alif, ta’ dan sin) yang membawa kepada makna “minta ampun” kerana imbuhan tersebut (alif, ta’ dan sin) telah memberikan satu fonem yang mempunyai makna[21].


4. Bahasa Arab Adalah Bahasa Berdaya Tahan dan Ringkas (ijaz)
Kekuatan ini membolehkan bahasa Arab bertahan menghadapi segala halangan dan cibiran dan terus kekal hingga ke hari ini. Bahasa Arab banyak menggunakan ayat yang ringkas dan tepat dalam menunjukkan kepada sesuatu maksud. Ia boleh dilakukan dengan pelbagai cara dan teknik tertentu seperti membuang (hazf ) beberapa perkataan dalam ayat-ayat tertentu tanpa mengubah maksud yang ingin disampaikan[22]. Contohnya menghilangkan (hazf ) perkataan sandaran (mudhaf ) yaitu ahli dan mengekalkan mudhaf ‘alaih seperti dalam Allah S.W.T[23]:
وسئل القرية التي كنا

Terjemahannya: dan bertanyalah kepada penduduk negeri (Mesir) yang kami telah tinggal padanya.
Dalam ayat ini, perkataan penduduk (ahli) dibuang dan dikekalkan perkataan kampung (qaryah). Walau bagaimanapun, makna ayat tetap membawa makna penduduk kampung atau dalam teks asalnya ahla al-Qaryah. Dalam al-Quran dan al- Hadith juga banyak mengandungi gaya bahasa perumpamaan dan perbandingan yang menjelaskan maksud ayat yang panjang hanya dengan menggunakan satu atau dua perkataan saja. Salah satu contoh yang boleh dikemukakan di sini ialah perumpamaan orang-orang Yahudi dengan keledai dalam al-Quran QS. Al-Jumhur ayat 5 [24]:

Sebenarnya apa yang ingin diceritakan dalam ayat ini adalah satu pesan yang begitu panjang sekali yaitu keadaan orang-orang Yahudi yang sentiasa membaca dan berbangga dengan kitab Taurat, tetapi disebabkan kedengkian dan kedunguan menyebabkan mereka tidak mengakui Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasul terakhir kepada umat manusia walaupun kitab Taurat menceritakannya satu persatu tentang Muhammad yang akan diutuskan oleh Allah.16 Melalui ayat yang menyamakan orang orang Yahudi dengan keledai ini telah dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang sifat mereka tanpa perlu kita mengenali secara langsung dengan mereka[25].

5. Bahasa Arab Mempunyai Ungkapan yang Halus dan Teliti
Bahasa Arab mempunyai perkataan yang dapat memberikan makna yang paling tepat. Ketepatan perkataan ini memberikan maksud yang amat hampir dengan realitas semasa berlaku. Perkataan-perkataan ini sukar untuk diungkapkan dengan menggunakan bahasa-bahasa lain[26]. Contohnya nama-nama masa sepanjang hari seperti perkataan perkataan
berikut[27]:
Perkataan Makna
Dazur درور Waktu mula-mula timbul matahari di waktu pagi
Buzugh بزوغ Waktu mula timbul matahari selepas waktu dazur
Dhuha ضُحى Waktu mula terasa bahang panas matahari
Ghazalah غزالة Waktu matahari mula naik selepas waktu dhuha
Hajirah حاجرة Waktu tengah hari yang mula terasa kepanasan
Dzuhr ظهر Waktu tengah hari matahari mulai naik menegak
Zawal زوال Waktu matahari berada tegak di atas kepala
‘Asr عصر Waktu siang mula berakhir matahari kemerah-merahan
Asil عصيل Waktu matahari mulai condong ke arah barat
Sabub صبوب Waktu matahari semakin menghilang
Ghurub غروب Waktu matahari mula terbenam
Khadur خدور Waktu matahari hilang dari pandangan atau gelap.
Satu lagi contoh keunikan bahasa Arab dalam menggambarkan makna perkataan ialah tentang suara-suara hewan yang diungkapkan satu persatu dengan istilah yang khusus bagi setiap bentuk suara[28]:
Perkataan Maksud
Sahil صهيل Suara kebiasaan kuda mendempik
Hamhamah حمحمة Suara kuda mendengus
Syahij شحيج Suara baghal
Rugha’ رغاء Suara kebiasaan unta
Hanin حنين Suara unta memanggil anaknya
Anin أنين Suara unta menahan bebanan yang dibawa
Hadir هدير Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
Sorif صريف Suara geseran gigi unta
Khuar حوار Suara lembu
Ma’ma’ah مأمأة Suara kambing mengembek
Yuar يعار Suara kibas mengembek
Thugha’ ثغاء Suara biri-biri mengembek
Za’ir زئير Suara singa mengaum
Zamjarah زمجرة Suara singa mendengus secara berulang-ulang kali
Tazamjar تزمجر Suara harimau mengaum
Kharkhawah خرخوة Suara harimau mendengkur ketika tidur
‘Uwa’ عواء Suara serigala menyalak memanjang
Nahim نحيم Suara harimau kumbang
Quba’ قباء Suara khinzir (babi)
Nubah نباح Suara anjing menyalak
Muwa’ مواء Suara kucing mengiau
Kharkharah خرخرة Suara kucing mendengkur ketika tidur
Ghas غسٌ Suara kucing mengerang karena sakit
Nahiq نهيق Suara keldai
Bugham بعام Suara kijang
Nazab نزاب Suara khusus bagi kijang jantan sahaja
‘Irar عرار Suara burung unta jantan
Zimar زمار Suara burung unta betina
Fahih فحير Suara dhab sahaja
Kasyissy كشيش Suara biawak
Karkarah كركرة Suara ayam (jantan atau betina)
Sada صدى Suara burung hantu
Dandanah دندنة Suara lebah.
Ternyata daripada istilah-istilah tersebut tampak jelas bahwa bahasa Arab adalah satu bahasa yang mementingkan kehalusan dan ketepatan dalam memberi sesuatu maksud yang dikehendaki. Kebanyakan bentuk suara hewan ini tidak akan dapat diungkap dengan baik jika menggunakan bahasa lain.

III. PENUTUP
Berdasarkan kepada beberapa aspek yang telah dijelaskan, ternyata bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang mempunyai elemen-elemen yang amat unik dan istimewa. Bahasa ini adalah bahasa ilmu, peradaban, ketamadunan dan keintelektualan sejak dari dulu hingga kini. Tidak heranlahh Allah S.W.T. telah meletakkannya pada maqam tertinggi sebagai bahasa al-Quran. Keunikan dan keistimewaan yang dibincangkan dalam makalah ini hanyalah sebahagian kecil yang sempat dibincangkan. Masih banyak aspek keunikan dan keistimewaan lain yang boleh dipaparkan kepada umum melalui kesempatan yang lain.
Pengkajian dan penyelidikan terhadap bahasa ini juga masih perlu dilakukan bagi membongkar lebih banyak lagi ciri-ciri keistimewaannya. Keutuhan gaya bahasa al- Quran tidak dapat dicabar oleh mana-mana pihak hingga dapat memperkuat kedudukannya sebagai bahasa yang eksklusif dan berprestise tinggi. Keunggulan ini telah menepati rasional pemilihannya sebagai bahasa al-Quran, bahasa wahyu dan bahasa ahli syurga.

End note :
[1] Faktor yang mempermudah penyebaran bahasa antara lain : 1. Faktor sejarah, yaitu penyebaran melalui peperangan, penaklukan dan pendudukan. 2. Faktor penguguk, jumlah penduduk suatu bangsa akan mempengaruhi penyebaran bahasanya secara nyata. 3. Faktor geografis, posisis geografis suatu bangsa yang sangat strategis akan membantu mempermudah penyebaran bahasanya, atau karena bangsa tersebut mendiami di berbagai belahan dunia ini seperti bahasa Inggris. Faktor ekonomi, keunggulan bangsa Eropa dapat memaksa bangsa lain untuk mempelajari bahasanya. 5. Faktor politik, tekanan politik dapat mempengaruhi dalam penggunaan bahasa komunikasi antara pihak yang terlibat dalam pembicaraan politik. 6. Faktor agama, banyak umat Islam di penjuru dunia ingin mempelajari bahasa Arab karena dorongan agama yang dianutnya. 7. faktor peradaban, biasanya peradaban yang lebih maju mempengaruhi peradaban yang lebih rendah termasuk penggunaan bahasa.
[2] Sabah El-Ghazzawi, The Arabic Language, (Washington D.C; Center for Contemporary Arab Studies: 1992) h. 2
[3] Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab, diakses pada tanggal 4 Mei 2008
[4] Lihat http://www.arabacademy.com/cgi-bin/library_courses/faq_i.htm, diakses pada tanggal 4 Mei 2008
[5] Lihat http://www.arabacademy.com/cgi-bin/library_courses/arabclassic/faq_i.htm#11, diakses pada tanggal 4 Mei 2008
[6] Lihat http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bahasa_Arab_Baku&action=edit&redlink=1, diakses pada tanggal 6 Mei 2008
[7] Lihat http://kotasantri.com/mimbar.php?aksi=Detail&sid=162, diakses pada tanggal 6 Mei 2008
[8] Lihat Sabah El-Ghazzawi, op. cit, h. 3
[9] Ali Abdul Wahid Al- Waafie, 'Ilm Lughah, (Cet. I, Fijaalah; Maktabah Nahdlah : 1972), h. 170
[10] Muhammad Lutfi, "Kedudukan Bahasa Dewasa Ini Dalam Percaturan Internasional" [makalah] disampaikan pada kegiatan International Seminar Enhancing the Levelof Arabic and its role in Dealing with the Challenge of Globalization di Hotel Kenari Makassar pada tanggal 8 Agustus 2005, h. 2
[11] Azhar Arsyad, op. Cit, h. 3
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab, diakses pada tanggal 4 Mei 2008
[13] Muhammad Lutfi, op. Cit. h. 3
[14] Lihat Wajiz Anwar, Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia, Buletin Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Nomor 4, (Yogyakarta ; Fak. Sastra UGM : 1971), h. 16
[15] Azhar bin Muhammad, Beberapa Aspek dan Keunikan Bahasa Arab, [artikel] didownload dari situs http://www.eprints.utm.my/1827/1/JTJUN42E5.pdf pada tanggal 4 Mei 2008
[16] Lihat Quraish Shihab, Mu'jizat Al-Qur'an, Cet. XIII, (Bandung ; Mizan : 2003), h. 95-96
[17] Azhar bin Muhammad, op. Cit, h. 5
[18] Quraish Shihab, op. Cit, h. 98
[19] Dalam nahwu bahasa Arab bab ini adalah perkara asas dalam i’rab kata nama yang terdiri daripada tiga hukum utama bagi isim yaitu raf ‘u, nasb dan jarr, sementara bagi kata kerja atau fi ‘il terbagi kepada raf ‘u, nasb dan jazm.

[20] Dalam ilmu sarf bahasa Arab, beberapa variasi kata lagi dapat dibentuk daripada kat-kata ini, dalam hal ini pemakalah cuma mengemukakan empat varietas kata sebagai contoh saja.
[21] Ahmad Thib Raya, Urgensi Penguasaan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab dalam meng'instimbat Hukum, [makalah] disampaikan Kuliah Umum dalam rangka Pembukaan Kuliah Semester Ganjil Fakultas Syariah IAIN Alauddin pada hari/tanggal Selasa 1 September 1998, h. 6-7
[22] Ahmad Thib Raya, op. Cit, h. 8
[23] Surah Yusuf ayat 82. Dalam pengajian ilmu retorik Arab atau al-Balaghah, gaya bahasa ini termasuk dalam bab al-Majaz al-Mursal yang membawa kepada ‘alaqat makaniyyah.
[24] Ahli-ahli al-Balaghah Arab banyak berpendapat bahwa tentang ayat ini tergolong dalam bab al-Tamthil. Titik persamaan (wajh al-Syabah) yang terdapat dalam tamthil ini menceritakan bagaimana sifat-sifat yang terdapat pada keldai dapat disamakan dengan perangai orang-orang Yahudi.

[25] Quraish Shihab, op. Cit, h. 123
[26] Ibrahim Muhammad Naja, Fiqh al-Lughah al-Arabiyyah. Kaherah, ( Kairo; Dar al-’Ahdi al-Hadid : 1975), h. 191
[27] Azhar bin Muhammad, op. Cit, . h. 8
[28] Ibid, h. 9-10

Daftar Pustaka :
Ali Abdul Wahid Al- Waafie, 'Ilm Lughah, Cet. I, Fijaalah; Maktabah Nahdlah : 1972

Aliuddin Mahjuddin, Bahasa Arab dan Peranannya dalam Sejarah (Terjemahan dari The Arabic Language and Its Role in History, Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : 1996

Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode pengajaran, Beberapa Pokok Pikiran, Yogyakarta; Pustaka Pelajar : 2003

Hasyim Asy'ari, Bahasa Arab dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Jurnal NADI, Edisi September; Malang : 1999

Ibrahim Muhammad Naja, Fiqh al-Lughah al-Arabiyyah. Kaherah, Kairo; Dar al-’Ahdi al-Hadid : 1975

Sabah El-Ghazzawi, The Arabic Language, Washington D.C; Center for Contemporary Arab Studies: 1992

Wajiz Anwar, Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia, Buletin Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Nomor 4, Yogyakarta ; Fak. Sastra UGM : 1971

Quraish Shihab, Mu'jizat Al-Qur'an, Cet. XIII, Bandung ; Mizan : 2003

Arabisasi ma Islamisasi beda daeng !!


Gini frend Aku punya beberapa teman yang ketika masih di kampus UIN Alauddin Makassar dulu, lebih sering menggunakan bahasa-bahasa arab untuk hal-hal kecil. Terima kasih menjadi syukron, maaf jadi afwan, dan kata-kata lain yang tidak lain dan tidak bukan adalah bahasa arab.
Kebiasaan menggunakan bahasa arab biasanya terjadi di lingkungan ikhwan dan akhwat (sebutan untuk laki-laki dan perempuan yang biasanya aktifis masjid). Diantara mereka, ada sebagian yang ternyata cukup bangga untuk membiasakan diri untuk sekedar bercuap-cuap dengan bahasa arab. Ini tentunya terlihat dari gaya bicaranya.
Aku sendiri risih sejak awal. Ada beberapa hal yang membuatku risih, diantaranya:

1. orang yg mengucapkan terasa sangaaat bangga bisa berbahasa arab walaupun sedikit (ini faktor utama)
2. yang aku lihat, sebagian dari mereka ingin menunjukkan keislamannya dengan berbahasa arab
3. apa salahnya menggunakan bahasa indonesia? kalau pertanyaannya dibalik, apa salahnya berbahasa arab, sebenarnya tak ada masalah asalkan tidak ada faktor nomor 1 dan nomor 2

Dan, setelah banyak bergaul dengan teman/kenalan yang sempat study di Mesir sekitar 4 bulan (wah, cepet ya). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :


1. orang Mesir, Kuwait kalo dugem pake bahasa arab
2. bahasa arab juga digunakan untuk nyanyi-nyanyi masalah cinta, jadi bukan untuk kosidahan aja
3. orang Mesir, Kuwait kalo lagi marah dan mengumpat, pake bahasa arab
4. orang Mesir, Kuwait kalo godain cewek, pake bahasa arab

Got the points? kalo nggak, silahkan teruskan membaca.
Poin-poin kenapa aku sebutkan 4 poin di atas adalah:
Jangan pernah beranggapan dunia arab = islamIni biasanya yang terjadi. Aku dulu juga seperti itu. Memang, disini lebih banyak wanita yang menggunakan jilbab, cadar, dan jubah-jubah lain. Tapi kelakuan mereka jangan pernah dianalogikan sebagai kelakuan orang Islam.
Dan sekarang pun aku sedikit tahu, kenapa para nabi dan rasul lebih banyak didatangkan di dunia arab.
Kenapa bangga dengan bahasa arab?Merujuk pada poin di atas, bahasa arab juga bukan bahasa yang menunjukkan keislaman seseorang. Loh, disini cukup banyak kok yang berjenggot dan memakai jubah bagai seorang syeikh, tapi pergi ke gereja atau tempat-tempat peribadatan lain.
Bahasa arab itu cuma bahasa. Seperti layaknya bahasa-bahasa lain. Tidak ada yang spesial dari bahasa arab. Sama sekali tidak ada. Tidak ada hubungan antara keislaman seseorang dan bahasa arab.
Beberapa teman ada yang coba berbicara bahasa arab ke aku. Tapi akhirnya, mereka bingung karena ngga ngerti dengan apa yang aku tulis. Teman-teman yang ada di di Mesir yang sebelumnya sempat belajar bahasa arab di pesantren saja perlu waktu 1 tahun lagi untuk belajar bahasa arab versi dunia arab.
Jadi, jangan pernah menunjukkan keislaman kalian hanya dengan cas-cis-cus berbahasa arab. Dan buat FPI, tolong jangan rusak nama Islam di Indonesia.
Tolong Nah kasi'!!!

telur atau ayam ?


Inimi jawabanna mana duluan telur atau ayam. Menurut penelitian teka-teki klasik antara telur dulu atau ayam dulu mungkin terjawab dengan penemuan fosil sarang dinosaurus di Kanada. Di sarang yang dibuat 77 juta tahun lalu itu masih terlihat jelas bekas kumpulan lima butir telur."Karakteristik sarang tersebut mirip dengan sarang burung," ujar Francois Therrein, salah satu paleontolog dari Royal Tyrell Museum Alberta, Kanada. Ini berarti bahwa dinosaurus lebih dulu membuat sarang sebagai tempat mengerami telurnya sebelum burung melakukannya. Selama ini, sejumlah pakar evolusi masih berasumsi bahwa burung berkembang dari dinosaurus. Ukuran sarangnya berdiameter sekitar setengah meter dan diperkirakan seberat 50 kilogram. Di dalamnya setidaknya terdapat bekas 12 cangkang telur yang masing-masing berukuran panjang 12 centimeter dan tersusun rapi serta mengarah ke satu titik. "Berdasarkan bentuk telur dan sarangnya, kami yakin sarang tersebut buatan seekor caenagnathid atau raptor kecil, keduanya sama-sama pemakan daging dan memiliki kekerabatan yang erat dengan burung," ujar Darla Zelenetsky, peneliti lainnya dari Universitas Calgary, Kanada.Zelenetsky mempelajarinya sejak disimpan di Canada Fossil Limited Calgary tahun 1990-an. Sebelumnya ia mengira fosil sarang tersebut dibuat seekor dinosaurus herbivora berparuh bebek. Namun, setelah mempelajari lebih seksama, diketahui bahwa sarang tersebut kemungkinan besar dari kelompok theropoda yang merupakan nenek moyang burung.